Pelajaran Pertama dari Ayah Kaya Ayah Miskin
Memiliki dua orang ayah memberikan saya pilihan untuk belajar dari dua
sudut pandang, yaitu ayah kaya dan ayah miskin. Dengan mengontraskan dua sudut
pandang ini, saya harus memilih dan berpikir manakah yang tepat bagi diri saya sendiri.
Alasan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin adalah uang diajarkan di rumah, tidak di sekolah.
Jadi, apa yang diajarkan orang tua miskin kepada anaknya? Yang dikatakan
hanyalah, “Teruslah bersekolah dan giat belajar.” Seorang anak mungkin akan lulus
dengan mengagumkan tapi dengan sikap dan mental pemikiran keuangan orang
miskin.
Saya dan teman saya bekerja di toko swalayan tiap hari Sabtu selama 3 jam
dan dengan gaji sebesar 10 sen per jam. Total gaji sebesar 30 sen tidak terlalu
menggembirakan dan hanya saya belanjakan untuk beli komik sebesar 10 sen. Pada
minggu keempat, muncul keinginan behenti bekerja karena saya merasa tidak ada
pelajaran yang dapat dipetik.
Ya, pelajaran tidak selamanya seperti orang kuliah dan sejatinya hidup adalah guru terbaik dan hidup telah
mempermainkannya. Ada tipe orang yang dapat memetik hikmah dari kehidupan yang
dijalani karena hidup tidak berbicara langsung sehingga menjadi orang yang
bijak. Ada juga yang menyerah di kala hidup mempermainkannya dan yang dicari
hanyalah rasa aman dimana rasa takut akan kekalahan lebih besar dibandingkan
sukacita kemenangan.
Dengan hanya mendapat gaji sebesar 30 sen, pemikiran menyalahkan orang lain (atasan) muncul dengan anggapan telah melakukan eksploitasi.
Ya, itulah yang dilakukan kebanyakan orang, mereka menyalahkan orang lain atas diri mereka sendiri. Kebanyakan orang menginginkan orang lain berubah tapi diri mereka tidak. Mereka berhenti kerja, mencari peluang yang lebih bagus, dan upah yang lebih tinggi dengan harapan dapat memecahkan masalah mereka. Padahal, dengan upah yang tinggi pun tidak akan menyelesaikan masalah.
Jadi, apakah yang dapat memecahkan masalah itu??
Ya, gunakanlah benda yang ada di kedua telinga ini. Belajar yang sejati membutuhkan energi, gairah, dan hasrat. Ketika berbicara tentang uang, kebanyakan orang ingin main aman dan merasa terjamin. Jadi, bukan gairah yang mendorong mereka, tetapi rasa takut. Belajarlah bagaimana cara uang bekerja untuk kita dan bukan bekerja untuk uang agar masalah tersebut dapat terpecahkan.
Dengan belajar agar tidak bekerja untuk uang, alhasil kami bekerja di toko swalayan lagi tetapi tanpa upah. Pada minggu ketiga, kami mendapatkan tawaran kenaikan gaji yang pada akhirnya kami berhasil menolaknya meskipun ketika mendengar tawaran itu, kami merasa ingin mengambilnya.
Ya, manusia memiliki bagian jiwa yang lemah dan miskin yang bisa dibeli tetapi manusia juga punya jiwa yang kuat dan ketetapan hati yang tidak bisa dibeli. Sebagian orang punya harga karena adanya emosi. Rasa takut memotivasi orang untuk bekerja keras. Kemudian, setelah mendapat slip gaji, ketamakan mulai berpikir tentang semua hal indah yang bisa dibeli dengan uang. Pola atau siklus bangun, bekerja, membayar tagihan akhirnya mulai terbentuk. Hidup manusia selamanya dikendalikan oleh dua emosi: ketakutan dan ketamakan (hasrat). Tawari mereka lebih banyak uang maka mereka akan meneruskan siklus itu dengan meningkatkan pengeluaran mereka, yang kemudian disebut Balap Tikus. Jangan biarkan emosi menguasai pikiran kita. Gunakan emosi serta pikiran untuk kepentingan kita.
Bagaimana agar tidak terperangkap oleh perangkap yang disebabkan oleh 2 emosi itu??
Penyebab utama kemiskinan adalah ketakutan dan ketidaktahuan. Janganlah menyerah pada emosi sehingga kita dapat berpikir. Kebanyakan orang bekerja dengan mengejar upah, dan jaminan kerja karena emosi hasrat dan ketakutan dan tidak sungguh-sungguh mempertanyakan kemana pikiran yang digerakkan oleh emosi itu menuntun mereka. Layaknya seekor keledai yang menarik gerobak dengan si pemilik yang menggantungkan wortel di depan hidungnya. Si pemilik keledai mungkin pergi kemana saja dia suka, tapi si keledai hanya mengejar ilusi.
Kami tetap melanjutkan pekerjaan di toko swalayan meskipun tanpa upah. Teruslah gunakan otak kita dan kita akan
lihat hal-hal yang dilewatkan banyak orang. Kebanyakan orang tidak melihat
peluang karena mereka mencari uang dan jaminan. Pada akhirnya, kami melihat
suatu peluang dimana kami mengumpulkan komik-komik yang dibuang lalu kami
jadikan perpustakaan komik yang menghasilkan uang yang menggiurkan. Ya, pelajaran
pertama telah kami dapat. Kami belajar membuat uang bekerja untuk kami. Dengan
bisnis tersebut, kami memegang kendali atas keuangan kami dan kami menghasilkan
uang meskipun kami tidak hadir secara fisik. Uang kami bekerja untuk kami
ORANG MISKIN DAN KELAS MENENGAH BEKERJA UNTUK UANG. ORANG KAYA MEMBUAT UANG BEKERJA UNTUK MEREKA
Disadur dari buku "Rich Dad Poor Dad" karya Robert T. Kiyosaki
Komentar
Posting Komentar